Resistensi Obat HIV, Fakta-Fakta yang Perlu Kamu Tahu
15 December 2024
15 Dec Resistensi Obat HIV, Fakta-Fakta yang Perlu Kamu Tahu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada akhir tahun 2021, sekitar 75% (28,7 juta) pasien HIV menerima terapi antiretroviral (ART). Pada saat yang sama, peningkatan tingkat resistensi obat ARV telah diamati [1]. Resistensi ARV memiliki kemungkinan berkembang lebih tinggi pada pasien yang tidak mengikuti terapi ARV yang dioptimalkan sehingga gagal menekan viral load.
Apa itu HIV yang resisten terhadap obat/HIV drug resistance (HIVDR)?
HIVDR mengacu pada mutasi dalam genom virus yang mengubah kerentanan virus terhadap obat antiretroviral (ARV), hal ini mengakibatkan penekanan replikasi virus kurang optimal dan kegagalan pengobatan. Mutasi yang menyebabkan resistensi obat biasanya terletak di dalam protein virus yang ditargetkan oleh obat. Mutasi virus dapat menyebabkan resistensi terhadap banyak obat atau semua obat dalam kelas obat yang sama.
HIVDR dapat mengakibatkan peningkatan penularan infeksi HIV dan morbiditas serta mortalitas terkait HIV [1].
Bagaimana terbentuk HIVDR?
HIV memiliki tingkat replikasi yang tinggi dan, seperti kebanyakan virus RNA, tidak memiliki mekanisme proofreading. Faktor-faktor ini membantu virus mengembangkan mutasi resistensi, terutama pada pasien yang diobati dengan obat tunggal. Terapi tiga obat, yang diperkenalkan pada tahun 1995, diyakini dapat menekan munculnya resistensi, karena virus perlu membuat beberapa mutasi (dalam gen terpisah) secara bersamaan [2]. Namun, HIV bisa mengembangkan resistensi multi-obat bahkan pada tingkat replikasi yang rendah.
Resistensi obat dapat muncul sebelum pengobatan, atau berkembang selama pengobatan:
– Pretreatment Drug Resistance (PDR) adalah HIVDR terdeteksi pada individu yang memulai ART terlepas dari paparan obat ARV sebelumnya. Resistensi obat yang ditularkan adalah bentuk PDR di mana seseorang memperoleh jenis HIV yang sudah resisten terhadap obat ARV.
– Acquired Drug Resistance (ADR) terjadi ketika jenis HIV yang resisten terhadap obat muncul saat seseorang menggunakan ART untuk pengobatan infeksi HIV.
Gen pol mengkodekan enzim yang diperlukan untuk replikasi dan berfungsi sebagai target obat antiretroviral. Protease (PR), reverse transcriptase (RT), dan integrase (IN) adalah enzim kunci yang dapat mengembangkan mutasi HIVDR.
WHO menekankan bahwa “semua obat antiretroviral, termasuk yang berasal dari kelas obat yang lebih baru, berisiko menjadi tidak aktif sebagian atau seluruhnya karena munculnya virus yang resisten terhadap obat” [1].
Menguji kegagalan virologi/ virological failure (VF)
Kegagalan virologi / virological failure (VF) terjadi ketika pengobatan antivirus gagal untuk menjaga viral load di bawah ambang batas yang ditentukan (dinyatakan dalam copy/mL). VF dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain kepatuhan konsumsi obat sesuai resep yang kurang optimal, intoleransi obat, dan adanya atau munculnya resistensi obat [3]. Oleh karena itu dianjurkan untuk memantau tingkat RNA HIV dari waktu ke waktu untuk memastikan penekanan virus tercapai dan dipertahankan. Tes viral load (VL) digunakan untuk mengukur titer virus.
Deteksi resistensi ARV/ Deteksi HIVDR
Untuk pasien yang ikut dalam program ART dan mengalami kegagalan virologis, tes terhadap HIVDR dapat memastikan ADR dan membantu mengubah regimen terapeutik mereka. Untuk pasien yang memulai pengobatan, tes HIVDR dapat menilai apakah ada PDR dan membantu memilih obat ARV yang sesuai untuk penekan viral load [4]. Program surveilans dapat membantu memberikan perkiraan prevalensi tingkat populasi HIVDR dan data yang diperoleh dapat digunakan menjadi acuan dalam menyusun pedoman pengobatan. Detail tambahan tersedia [6].
Obat ARV dibagi menjadi beberapa kelas obat berdasarkan mekanisme molekuler dan profil resistensinya:
HIVDR dapat ditentukan dengan menggunakan tes fenotipik dan genomik:
Summary
HIVDR menurunkan efektivitas obat antiretroviral, hal ini menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas terkait HIV. Dalam pencegahan resistensi ARV, akses dan komitmen terhadap ART yang optimal sangat penting. Tes viral load membantu memantau keberhasilan pengobatan, dan deteksi HIV yang memiliki resistensi ARV membantu mengoptimalkan regimen obat ARV. Program surveilans tingkat populasi HIV, untuk mengumpulkan informasi tentang HIVDR pada populasi yang berbeda, merupakan salah satu langkah utama untuk mendukung target PBB untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030.
Untuk surveilans HIVDR, WHO merekomendasikan “untuk melakukan genotype pada region integrase HIV, region reverse-transcriptase dan protease” [5].
References
1. World Health Organization (2022) HIV drug resistance. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-drug-resistance
2. Hammer SM, Squires KE, Hughes MD et al. (1997) A controlled trial of two nucleoside analogues plus indinavir in persons with human immunodeficiency virus infection and CD4 cell counts of 200 per cubic millimeter or less. N Engl J Med 337:725–733.
3. Clinicalinfo.HIV.gov (2022) Guidelines for the use of antiretroviral agents in adults and adolescents with HIV. Management of the treatment-experienced patient.
4. Clinicalinfo.HIV.gov (2022) Guidelines for the use of antiretroviral agents in adults and adolescents with HIV. Laboratory testing.
5. World Health Organization (2022) Global HIV programme.
6. Johns Hopkins Medicine (2021) Johns Hopkins HIV guide. Resistance testing: genotype. https://www.hopkinsguides.com/hopkins/view/Johns_Hopkins_HIV_Guide/545177/all/Resistance_testing:_genotype.
- Mengenal Biologi Molekuler Kanker: Dari Mekanisme hingga Pengobatan PresisiSetiap tahun, tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Hari ini menandai 25 tahun sejak penandatanganan Charter of Paris Against Cancer pada World Summit Against Cancer for the New Millennium. Pada peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini dengan tema United by Unique, yang mengingatkan…
- Manfaat Kesehatan Cuka Apel: Sekutu Alami Melawan DiabetesCuka apel telah mendapatkan popularitas luas dalam beberapa tahun terakhir sebagai obat alami serbaguna. Di antara banyak manfaat kesehatannya, perannya dalam mengelola dan kemungkinan mengurangi risiko diabetes sangat menonjol. Dengan dukungan dari penelitian ilmiah dan bukti anekdotal selama berabad-abad, cuka apel semakin diakui sebagai alat…
- Terobosan Terapi Kanker: Metabolic TherapyKanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data Globocan 2020, lebih dari 396.000 kasus baru kanker terdiagnosis setiap tahunnya di Indonesia, dengan kanker payudara, leher rahim, dan paru-paru menjadi jenis yang paling umum. Tingginya prevalensi ini menunjukkan bahwa…
- Resistensi Obat HIV, Fakta-Fakta yang Perlu Kamu Tahu
Fakta-Fakta yang Perlu Kamu Tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada akhir tahun 2021, sekitar 75% (28,7 juta) pasien HIV menerima terapi antiretroviral (ART). Pada saat yang sama, peningkatan tingkat resistensi obat ARV telah diamati [1]. Resistensi ARV memiliki kemungkinan berkembang lebih tinggi pada pasien yang tidak mengikuti terapi ARV… - Tips dan Trik untuk menggunakan TaqMan SARS-CoV-2 Mutation PanelTaqMan SARS-CoV-2 Mutation Panel merupakan solusi yang dapat disesuaikan dan mudah digunakan untuk mempelajari varian SARS-CoV-2 yang muncul. Pengujian ini mengidentifikasi adanya mutasi yang relevan, memungkinkan peneliti untuk mengenali dan melacaknya. Panel Mutasi TaqMan SARS-CoV-2 dirancang agar fleksibel dan dapat disesuaikan, memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan…