Riset dan Produksi Vaksin

Riset dan Produksi Vaksin

Pandemi COVID-19 masih berlangsung. Kita belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. WHO memprediksi vaksin untuk COVID-19 akan tersedia paling cepat tahun 2021. Padahal kini pandemi tengah berlangsung dan makin banyak yang terjangkit. Kami akan sedikit menjelaskan mengenai produksi vaksin secara umum untuk lebih memahami tentang produksi vaksin. Pada umumnya, pembuatan vaksin hingga siap diproduksi secara komersil membutuhkan waktu sampai dengan 30 tahun. Kenapa bisa membutuhkan waktu selama itu?

Pertama kita harus tahu, apa itu vaksin. Vaksin merupakan sediaan biologis yang memicu respon imun tubuh kita sehingga pada saat pathogen masuk ke tubuh kita, kita sudah bisa melawan pathogen ttersebut sehingga tidak menyebabkan sakit. Sediaan biologis ini dapat berupa mikroorganisme hidup yang dilemahkan atau diinaktivasi, toxoid atau senyawa toxic yang sudah diinaktivasi, vaksin subunit atau bagian dari mikroorganisme yang memicu imun respon, dan yang terbaru adalah vaksin dalam bentuk nukleotida.

Tentu saja beda jenis vaksin berbeda juga proses produksi vaksinnya. Kami akan menjelaskan mengenai bagaimana produksi vaksin. Tahapan pembuatan vaksin ini antara lain:

1. Discovery

2. Preclinical Testing

3. Pilot Scale Production

4. Clinical Trial Phase

5. Production

Discovery

Di fase discovery ini, kita mencari bibit antigen yang dapat memicu respon imun. Hal pertama yang kita lakukan adalah melakukan profiling patogen dengan cara Whole Genome Sequencing . Whole Genome Sequencing ini dilakukan dengan teknologi Next generation sequencing untuk mengetahui informasi genetic dari mikroorganisme patogen.

Setelah kita mengetahui informasi genetic dari patogen tersebut, kita bisa mengetahui strain (jenis) patogen yang banyak ada di Indonesia dan memilih beberapa bibit antigen yang potensial menjadi vaksin. Gen penyandi antigen ini kemudian di ekspresikan menggunakan vector. Vector kemudian dimasukan kedalam sel inang dan dikultur dalam cawan petri atau T-Flask untuk memperbanyak vector.

Kultur cell tersebut kemudian dianalisis menggunakan mikroskop untuk melihat kelangsungan hidup host cell dan vector. Setelah itu, protein atau antibody yang dihasilkan masuk ke skrining dan QC untuk melihat berat molekul dan muatan isoelektrik.

Preclinical Testing

Pada proses QC ini juga dilihat bagaimana kompatibilitas antigen kita dengan antibody untuk menghasilkan respon imun, pada proses ini juga dilihat kemurnian protein menggunakan elektroforesis dan ELISA. Setelah lolos QC, antibody yang kita dapat diuji coba ke hewan uji untuk dilihat respon imun hewan dan distribusi vaksin dalam tubuh hewan. Pada tahap ini juga dilakukan uji toksisitas.

Pilot Scale Production

Pada pilot scale production dilakukan produksi untuk menyediakan lebih banyak vaksin untuk fase clinical trial. Pada pilot scale production ini, bibit vaksin yang sudah lolos QC dan preclinical trials diperbanyak di sel inang dalam bioreactor skala menengah. Hasilnya kemudian dipanen dan dipurifikasi menggunakan alat kromatografi protein. Hasil akhir kemudian masuk QC untukdideteksi pengotor dan cemaran mycoplasma.

Vaksin yang telah diuji kemudian masuk ke clinical trial, dimana vaksin ini akan diujikan pada manusia. Ada tiga tahap clinical trial. Tahap pertama vaksin dikenalkan pada manusia dan diujicobakan pada puluhan orang. Pada tahap ini dilakukan uji efektifitas vaksin. Orang-orang ini dibagi menjadi dua grup dan salah satu grup dijadikan kontrol atau tidak mendapatkan vaksin, hanya placebo effect. Group lainnya mendapatkan vaksin dengan konsentrasi yang sama.

Pada tahap kedua, clinical trial dilakukan pada populasi yang lebih besar dengan tujuan untuk menguji imunogenisitas atau kemampuan sebuah antigen memicu respon imun dan toksisitas dari vaksin tertentu untuk mempelajari reaksinya pada populasi yang lebih beragam.

Pada tahap ketiga sama dengan tahap kedua namun pada populasi yang lebih besar lagi dan vaksin harus menunjukan efektifitasnya pada pasien yang memiliki sakit bawaan sebelum diajukan ke regulator administrasi untuk vaksin.

  • Mengenal Biologi Molekuler Kanker: Dari Mekanisme hingga Pengobatan Presisi
    Setiap tahun, tanggal 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Hari ini menandai 25 tahun sejak penandatanganan Charter of Paris Against Cancer pada World Summit Against Cancer for the New Millennium. Pada peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini dengan tema United by Unique, yang mengingatkan…
  • Manfaat Kesehatan Cuka Apel: Sekutu Alami Melawan Diabetes
    Cuka apel telah mendapatkan popularitas luas dalam beberapa tahun terakhir sebagai obat alami serbaguna. Di antara banyak manfaat kesehatannya, perannya dalam mengelola dan kemungkinan mengurangi risiko diabetes sangat menonjol. Dengan dukungan dari penelitian ilmiah dan bukti anekdotal selama berabad-abad, cuka apel semakin diakui sebagai alat…
  • Terobosan Terapi Kanker: Metabolic Therapy
    Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data Globocan 2020, lebih dari 396.000 kasus baru kanker terdiagnosis setiap tahunnya di Indonesia, dengan kanker payudara, leher rahim, dan paru-paru menjadi jenis yang paling umum. Tingginya prevalensi ini menunjukkan bahwa…
  • Resistensi Obat HIV, Fakta-Fakta yang Perlu Kamu Tahu
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada akhir tahun 2021, sekitar 75% (28,7 juta) pasien HIV menerima terapi antiretroviral (ART). Pada saat yang sama, peningkatan tingkat resistensi obat ARV telah diamati [1]. Resistensi ARV memiliki kemungkinan berkembang lebih tinggi pada pasien yang tidak mengikuti terapi ARV…
  • Applied Biosystems Real-Time PCR User Group Meeting
    Panel Topics – Human Health – Animal Health, Agrigenomic, Drug and Food Safety – Basic Science Research